Rabu, 29 Maret 2017

Renungan



“Dosa Terbesar Adalah Keinginan”
(Yak. 1:14-15)
            Keinginan. Berbicara tentang keinginan tentunya tidak asing lagi bagi kita. Setiap kita pasti memiliki suatu keinginan bahkan bermacam-macam yang ingin dicapai dan terpenuhi. Keinginan adalah suatu hal yang normal/wajar bagi kehidupan manusia. Manusia yang tidak memiliki keinginan adalah manusia yang sudah mati. Karena suatu keinginan hingga muncul slogan yang mengatakan, “Asal ada kemauan/keinginan pasti ada jalan.” Melihat dari slogan ini kita dapat melihat dan memahami bahwa keinginan tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Namun yang menjadi bahaya adalah ketika kita tidak mampu mengontrol keinginan kita. Keinginan kita yang tidak terkontrol akan membawa kita dalam dosa. Contohnya adalah anak-anak muda jaman sekarang. Banyak keinginan yang ingin mereka dapatkan. Kasus terbesar adalah seks. Karena keinginan mereka untuk merasakan seks, maka mereka melakukannya. Contoh lainnya adalah tidak jauh-jauh yaitu kehidupan kita di STTIAA ini. Karena keinginan kita, kita rela melanggar peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam SOP. Bahkan kita mencatat rekor tanda tangan dan mendapatkan hukuman. Seperti berpacaran sebelum waktunya, melakukan pemberontakan, pertengkaran, dan sebagainya.
            Maka saya memberikan tema khotbah pagi ini, yaitu “Dosa Terbesar adalah Keinginan.” Mengapa saya memberikan tema demikian? Padahal sering kali kebanyakan orang mengira dan menganggap dosa terjadi karena dari luar dirinya, yaitu dari lingkungan, orang lain, atau iblis. Tanpa kita sadari pasti kita juga berpikir demikian. Bukan karena kita yang menyebabkan dosa. Untuk lebih jelasnya, mari kita buka Alkitab kita didalam Yakobus 1:14-15. Mari kita membacanya bersama-sama. Di kedua ayat ini sangat jelas dikatakan bahwa penyebab dosa terbesar adalah keinginan dari dalam diri seseorang. Mari kita lihat satu persatu dari kedua bagian ayat ini. Di ayat 14 dikatakan bahwa setiap manusia dicobai karena keinginannya, ia diseret dan dipikatnya. Hal ini berarti bahwa dosa terjadi karena keinginan manusia itu sendiri. Saya jadi teringat kisah tentang kejatuhan manusia dalam dosa (Adam dan Hawa). Mereka jatuh dalam dosa karena keinginan mereka. Mereka begitu tertarik dan terpikat terhadap enaknya buah larangan Tuhan. Sehingga membawa mereka jatuh dalam dosa. Melalui kisah ini kita dapat memahami betapa besarnya dampak keinginan bagi kehidupan kita. Keinginan itu kalau diumpamakan sama seperti umpan yang diberikan kepada ikan. Seorang pemancing memberikan umpan yang enak untuk ikan, misalnya umpan yang enak dan kesukaan ikan adalah cacing. Maka pemancing akan memasang umpan itu dan melemparkannya ke dalam air. Hal ini mengundang ikan berdatangan. Tanpa ikan sadari karena keinginannya, ikan langsung makan umpan tersebut dan akhirnya tertangkaplah ia pada si pemancing. Begitu pula dengan kita, ketika kita tidak mengontrol/menguasai keinginan kita, maka yang terjadi adalah kita tertangkap oleh dosa sama seperti ikan tersebut. Dan jika kita terus memelihara keinginan kita, yang terjadi adalah dapat kita lihat di ayat 15. Marilah kita membacanya. Ketika kita terus memelihara keinginan kita terhadap dosa, maka dosa itu semakin berkembang dan berbuah. Hal ini sama dengan virusyang menyerang tanaman. Jika virus tersebut tetap dipelihara, tidak ada usaha untuk membasminya, maka yang terjadi adalah virus tersebut terus berkembang dan menggerogoti tanaman, semakin virus berkembang semakin mati  pula tanaman tersebut. Keinginan kita pun juga demikian. Ketika kita membiarkan keinginan kita, keinginan tersebut akan terus merajalela dalam diri kita dan membawa kita pada dosa-dosa yang lebih besar atau dosa-dosa lainnya. Contohnya adalah di meja kita dihidangkan makanan yang sangat lezat dan makanan tersebut termasuk makanan kesukaan kita. Di samping makanan enak itu terhidang pula makanan yang tidak enak. Pasti dalam hati kita memiliki keinginan untuk mengambil dan memakan makanan yang enak itu. Namun masalahnya makanan tersebut harus dibagi dengan orang lain, padahal kita mau makan dengan puas. Jika kita tidak mengontrol keinginan kita, maka kita akan menjadi marah dan berebut dengan yang lainnya. Ini hanyalah contoh sederhana, masih banyak contoh-contoh yang lain, yang lebih parah dapat terjadi.
            Jadi, melalui Firman Tuhan yang kita renungkan pagi ini, apakah yang harus kita lakukan? Apakah kita tidak boleh memiliki keinginan? Tentunya keinginan itu diperbolehkan, keinginan bukanlah hal yang haram dan menjadi larangan, melainkan keinginan kita harus kita pergunakan dengan benar dan positif. Seperti apakah keinginan yang benar dan positif? Keinginan yang benar dan positif adalah keinginan yang berkenan di hadapan Tuhan. Saya teringat suatu kalimat yang pernah dikatakan oleh salah satu pengkhotbah di tempat ini. Ia mengatakan, “keinginan dapat menjadi netral jika diletakkan pada otoritas Tuhan.” Dari kalimat ini memberitahukan kepada setiap kita untuk memiliki keinginan yang berdasarkan pada kehendak Tuhan. Memang bukanlah hal yang mudah untuk memiliki keinginan yang berdasarkan apa yang Tuhan kehendaki dan bukanlah hal yang mudah mengontrol keinginan yang kita miliki. Namun dari sini kita belajar bahwa kita harus meminta pertolongan Tuhan dalam hidup kita, menyandarkan diri kita kepada Tuhan. Ketika kita telah melakukan hal ini, maka Tuhanlah yang berotoritas pada hidup kita. Tuhan akan mengingatkan kita ketika kita mulai memiliki keinginan. Contohnya ketika kita berada di tempat pelayanannya yang mewah, pasti kita disuguhkan dengan hal-hal yang menimbulkan keinginan kita untuk memilikinya. Seperti semua jemaat menggunakan barang-barang mewah (hp canggih, pakaian limited edition, dsb), kita pun ingin memilikinya, namun kita tidak memiliki cukup uang untuk memperolehnya. Janganlah menjadikan ini untuk memperalat jemaat atau orang lain untuk mendapatkannya. Kita harus mengontrol keinginan kita. Jika kita tidak bisa mendapatkannya, maka kita harus belajar untuk mencukupkan diri kita. Buktinya meskipun kita tidak tidak memiliki hal-hal tersebut Tuhan masih memberkati kita. Contoh lainnya adalah ketika kita memiliki perasaan kepada orang lain, kita sangat mencintainya bahkan memiliki keinginan untuk memilikinya. Jangan karena keinginan kita, kita melakukan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Cukup kita menyerahkan keinginan kita kepada Tuhan.
            Di akhir Firman Tuhan marilah kita berkomitmen untuk mengontrol keinginan kita keinginan kita. Jangan sampai karena keinginan kita, menyeret kita kepada dosa yang membawa kita pada maut. Dan kemudian kita harus menyerahkan keinginan kita pada Tuhan.
(Apinasari/Semester 2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

video motivasi

Proses unik Tuhan Proses Tuhan sering kali sulit dan sakit Namun memberikan kekuatan dan pengharapan Proses Tuhan menjadikan dewasa